Subscribe:

Ads 468x60px

Beranda

Selasa, 15 Maret 2011

Menuju Kader HMI yang Intelektual dan Beridiologi Menuju Peradaban INDONESIA DARUSALAM


Oleh: Rasyid Ridho Siregar
 
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah sebuah organisasi kemahasiswaan tertua saat ini di Indonesia. Sebagai sebuah organisasi yang berusia hampir sama dengan usia Republik ini, yang tepatnya lahir pada tanggal 5 Febuari 1947 tentu sudah begitu banyak hal yang terjadi pada organisasi ini.Pertumbuhan, perkembangan, kejayaan bahkan sampai pada kemunduran dan perpecahan pernah dialami pada organisasi yang didirikan oleh bapak HMI yaitu Prof. Lafran Pane di sebuah ruangan kuliah STI di Jogjakarta, tepatnya UII kini, 64 Tahun silam. Kita tentu masih ingat bagaimana tahun 70-an hingga 80-an HMI mengalami fase kejayaan yang banyak melahirkan tokoh-tokoh/cendikiawan muslim serta aktivis lokal maupun nasional di republik ini. Inilah benih-benih remontisme masa lalu yang sering kita banggakan, kita tentu masih juga ingat bagaimana pada Kongres di Padang HMI terpecah dua antara HMI DIPO dan HMI MPO akibat azas tunggal yang di tetapkan oleh rezim yang berkuasa saat itu, terlepas dari segala motif dan tujuannya.
Baru di kongres di Palembang ishlah dua kubu HMI ini terjadi secara struktural walau hanya berhasil pada tataran KAHMI (Korps Alumni HMI) nya saja, semoga kedepan bisa lebih dipertegas dan berbagai problematika yang terjadi di Internal HMI, tidak terlepas dari warisan konflik-konflik yang tidak mencerdaskan tersebut, baik Dualisme Kepemimpinan dimasa lalu maupun citra HMI yang tergerus dari kader intelektual menjadi aktivis demonstran yang keluar dari subtansi fungsi dan peran HMI yang terkesan bergerak-gerak saja, tanpa ada sebuah langkah yang kongkrit buat menjawab problematika keumatan maupun kebangsaan, baik pada level komisariat sampai ke pengurus besar kita. Ini jelas memberikan preseden yang buruk bagi HMI di masyarakat. Tentunya kita juga masih ingat seperti kata jendral besar kita Jendral Sudirman bahwa “HMI yaitu Harapan Masyarakat Indonesia”.

Senin, 14 Maret 2011

Pelayanan Publik

 
Pelayanan Publik
1.            Hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. (keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004).

Kamis, 03 Maret 2011

Status Sosial Masa Kini

Pas gue lagi boker dan sambil baca buku, gue ngeliat-liat lembar demi lembar. Yang gue baca itu buku pelajaran sosiologi, dan gue juga udah tau isi bukunya, yaitu tentang stratifikasi sosial. Kalo pada engga tau stratifikasi sosial itu apa, stratifikasi sosial itu semacem tingkatan/strata yang ada dikalangan masyarakat. Semakin stratanya diatas biasanya orang makin dihormatin, disegani, ditakuti bahkan disodomi, tapi yang sodomi gue bohong. Terus dibuku itu juga ditulis cara-cara mendapatkan status sosial, pertama, cara mendapatkan status sosial itu dengan garis keturunan. Kedua, perkawinan dan yang ketiga, lewat kerja keras atau usaha. Nah! Tinggal pilih nih mana yang bisa gue dapetin supaya status sosial gue naek.

Okeee! Dari yang pertama, menurut gue cara ini Cuma orang-orang yang super beruntung yang dapet. Caranyakan lewat garis keturunan. Gimana engga beruntung? Misalkan gue keturunan raja, pas gue brojol dari perut nyokap gue, gue pasti langsung dihormatin tanpa syarat. Sebenernya gue pengen banget pake cara ini supaya status sosial gue naek. Tapi gue tau, harapan gue lewat cara ini langsung sirna, karena gue Cuma orang keturunan padang (nyokap) dan jawa (bokap) yang sama sekali engga ada keturunan dari raja-raja, gue juga belom menulusuri nenek moyang gue sih, tapi gue sadar setelah ngeliat tampang bokap nyokap gue, kayaknya emang bener-bener absolute engga ada keturunanan raja, karena gue nganut adat padang yang matrilineal, gue jadi keturunan padang.