Subscribe:

Ads 468x60px

Beranda

Minggu, 12 Juni 2011

KEBIJAKAN KEMANUSIAAN SEBAGAI KEBUTUHAN PRIMER


Berbicara tentang keadilan sangat sulit, bahkan seorang penulis manga Tite Kubo mengatakan bahwa keadilan tidak akan didapatkan secara universal, yang dimana semua orang dapat mendapatkan keadilan adalah omong kosong, dia berkata “yang adil menurut saya belum tentu adil menurut orang lain.” Keadilan bukan berarti sama rata, tapi keadilan adalah menaruh porsi yang sesuai pada tempatnya, contoh sederhana dari keadilan adalah seorang ibu mempunyai uang Rp 10.000,- yang akan dibagikan pada 5 orang anaknya yang berumur 20, 18, 15, 13 dan 7 tahun. Bila adil diartikan sama rata, maka ibu itu akan membagikan masing-masing anaknya uang Rp 2000,- , apakah itu adil? Coba kita bandingkan bila adil yaitu menaruh porsi yang sesuai dengan tempatnya maka ibu itu akan membagi, berumur 20 tahun mendapatkan Rp 3500 , berumur 18 Rp 2500 , berumur 15 Rp 2000 , berumur 13 Rp 1500 dan yang paling kecil berumur 7 tahun mendapatkan Rp 500. Kalau dibandingkan definisi dari adil adalah menaruh porsi yang sesuai dengan tempatnya.

Jumat, 10 Juni 2011

Individu dengan Change DNA Unggul

Dalam bab ini akan diperkenalkan 4 (empat) tokoh perubahan dan bagaimana mereka memanfaatkan DNA perubahan yang mereka miliki. Masing-masing dari mereka adalah Muhammad Yunus, Sheikh Mohammad Bin Rasjid Al Makhtoum, Martin Luther King, dan Paul Otellini. Berikut cerita dan perjuangan keempatnya yang mewakili perubahan bisnis/perusahaan, social dan nilai-nilai, serta negara/wilayah.

1.       MUHAMMAD YUNUS : BANK UNTUK PARA PENGEMIS

Seorang guru besar ilmu ekonomi dari Universitas Chittagong ini melakukan kunjungan lapangan di Jobra, sebuah desa di Bangladesh pada tahun 1974, beliau berpikir bagaimana menerapkan subsidi atau insentif untuk menggerakkan ekonomi. Tetapi apa yang dilihatnya secara riil di Jobra hari itu telah menimbulkan pengaruh yang sangat besar bagi hidup professor itu di kemudian hari dan hidup jutaan orang miskin di seluruh dunia.
Dalam bukunya yang berjudul  Bank for the Poor, ia menyadari bahwa yang mereka butuhkan adalah modal yang tidak seberapa namun karena mereka tidak memiliki jaminan maka akses ke dunia perbankan tertutup. Maka wajarlah, mereka menjadi sasaran empuk para tengkulak dan rentenir yang harus membayar tinggi padahal yang mereka butuhkan adalah pinjaman tanpa jaminan dengan bunga dan cicilan yang rendah. Itulah yang mendasari berdirinya Grameen Bank yaitu bank untuk kaum papa, bank yang memberikan pinjaman tanpa jaminan. Sebuah sasaran yang dinilai mustahil oleh pemerintah maupun masyarakat perbankan namun Muhammad Yunus telah merubahnya.

… Melihat Kaum Miskin sebagai Pasar Aktif