TV...

      Akhir-akhir ini gue heran banget sama berita infotaiment, Cuma di Indonesia lah presenter infotaiment begitu meyakinkan dengan pembawaannya, di tambah sorot mata tajam, seakan-akan yang di beritakan itu dunia yang mau kiamat. Pas gue amatin ternyata yang di beritain Cuma kambing yang ditemukan sama seorang artis, OHHH GOD! Tapi yang bikin gue engga tahan, gaya presenter ngebawaain acaranya.

“Pemirsa! tragedi ditemukannya kambing oleh ***** apakah pertanda buruk bagi yang menemukannya?”

“atau kambing itu pertanda baik? Apa yang terjadi setelah ***** menemukan kambing itu?”

“atau apakah kambing itu malaikat yang pura-pura jadi kambing? Atau ***** maling kambing. “

Kurang lebih kayak gitu pembawa berita infotaiment ngebawain acaranya, padahal informasi yang di bawa sama presenternyakan Cuma kambing doang. Bisa-bisanya ngebawain udah kayak hari ini mau kiamat. Pokoknya berita yang engga penting di bawain dengan kemasan sedemikian rupa kayak penting banget beritanya. Tapi yang lebih gobloknya, orang-orang (termasuk gue penulisnya) mau aja nonton acaranya.

Keyakinan....

Bagi gue, google itu bagaikan tuhan, dia itu maha tahu, maha segala-galanya, maha memberi jawaban, dan tempat untuk bertanya dan meminta. Pokoknya karakteristik tuhan ada semua deh disitu. Coba nyari apa kek di google, pasti keluar berentetan deh tuh yang dicari, contohnya kalo gue lagi pengen nyari toket, tinggal ketik aja payudara. Keluar semua deh tuh jenis payudara dari yang sekel sampe yang kondor, dari yang ukurannya 2A sampe 50E juga ada, tapi gue seneng yang ukurannya 34B CUAKAKAKAKKA. Dari yang puttingnya item sampe yang warna pink juga ada, belakangan ditemukan putting yang warna pelangi alias mejikuhibuniyu. Tapi tetep aja google itu masih ada kekurangan dan enggak seperfect tuhan, walaupun tuhan enggak keliatan tapi dia bisa dirasakan, kata orang-orang yang bertuhan tentunya, terkadang gue ngeliat orang stress gara-gara nyari tuhan, misalkan gue bisa bertemu tuhan, gue bakal nanya satu hal yang paling penting.

“han, gue pengen nanya nih. Bener engga sih kalo disurga itu ada bidadari yang keperawanannya enggak ilang-ilang?” tanya gue kepada tuhan.

Kalo tuhan menjawab gini, “tentu aja lah, gue bikin buat orang-orang yang beramal shaleh, bertaqwa sama gue, dan bisa lo pake terus tuh bidadari”.

UOOOOOOO! GUE BAKALAN RAJIN BERIBADAH. Tapi itu katanya bener loh, ada bidadarinya, dijelasin dalam kitab kok, jadi rajin-rajinlah beribadah untuk balasan kelak dengan bidadari, CUAKAKAKKA!

My bestfriend

Setiap orang itu rata-rata pasti masa yang paling menyenangkan adalah masa SMA (sekolah menengah atas, bukan sekolah menjadi anjing). Buktinya dari hasil survey gue sama orang-orang, kebanyakan orang menjawab dengan sangat pedenya “SMA adalah masa yang paling menyenangkan”.

“Eh biji, menurut lo masa yang paling menyenangkan pas kapan?” kata gue.

“Kalo gue sih masa SMA, masa yang paling menyenangkan”. Temen gue ngejawab.

Mungkin gue mensurvey 30 orang, 80% yang gue tanya ternyata menjawab demikian. Walaupun ada yang menjawab dia enggak pernah seneng sama sekali dalam hidupnya(bener-bener riskan nih manusia). Tapi gue salah satu orang yang masa SMA-nya surem. Tapi bukan berarti gue ini enggak pernah seneng lah. Masa SMA yang paling gue suka itu pas SMA kelas 3. Soalnya gue punya temen namanya Andhika, Aza Pradana, Windy Desyana, Bunga Clodia Carla dan Friska Magdalena. Kalo gue diskripsiin mungkin yang otaknya, isinya engga selangkangan Cuma si andhika. Dan sisanya itu ya tau sendirilah isinya selangkangan semua dan gue menyebutnya dengan religian. (yang ini bersambung)

LIBURAN YANG ....

Gue adalah mahasiswa Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu politik, jurusan Administrasi Negara. Saatnya liburan pun tiba. Mungkin yang pertama muncul di otak gue (walaupun banyak orang yang masih mempertanyakan “Apakah gue punya otak?”) hanyalah bermain, bermain dan bermain bersama bestfriend gue di jakarta di tambah ketemuan sama cewek-cewek cantik (ini hal yang kedua paling gue suka, setelah bermain sama bestfriend gue). Bagi gue, liburan itu adalah hal yang sangat sakral dalam kehidupan gue di dunia nyata ini. Tanpa liburan mungkin dunia ini bakalan kiamat kayak yang di ceritain di kitab-kitab. Itulah yang gue rasain ketika semester lalu gue ambil SP alias semester pendek. BIJIIIII KUDAAAA ! Otak gue rasanya mau meledak, dan untungnya gue lagi enggak lagi liburan di bali, yang paling ditakutkan kalo gue di bali, terulang kembali tuh peristiwa ledakan (bom bali) yang banyak dari kalangan fundamentalis menyebutnya dengan JIHAD! YEEEAAAAHHHH ! (maaf untuk korban bom bali, bukannya gue seneng dengan peristiwa bom bali dengan kata “YEEAAAAHHH”. Tapi itulah kata-kata berduka cita gue. Misalkan ada orang meninggal dan sedang berduka cita gue bakalan ngomong “YEEEAAAAHHH”. Enggak jarang gue bonyok di tonjokin keluarga yang sedang berduka cita)

Akhirnya, pas dari semester 3 ke semester 4, Universitas tempat kuliah gue kuliah engga ngadain SP. “Ciihuuuy! gue libur full”, kata gue. Mungkin kalo ada SP gue bakalan demo depan rekotorat sambil orasi “Turunkan Harga DVD Porno, Naikan Kualitas jablay di GS (gang sadar).” Tapi yang ini gue becanda. Coba bayangkan, dengan adanya semester pendek itu Cuma buat meraup nilai bagus dengan cara yang mudah karena kita bayar per-sks (sistem kredit  semester, bukan sistem kentot semalam). Gimana bisa ya, kita menguasai materi yang seharusnya di ajarin satu semester tapi itu dicerna hanya dalam 1½ bulan. Mungkin kalo gue bisa dengan IQ gue yang 170. Tapi gue enggak mau egois. Gue juga mikirin temen gue yang otaknya pas-pasan. Cuakakakakka! Ternyata rektor kampus gue lebih goblok dari gue. Ciakakakka!