Warning: Tulisan
ini saya persembahkan kepada bapak-bapak pendiri bangsa Indonesia dan nenek
saya
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIUPN8GPa7VFWBNOF7G-AC-B94LV5vIK7D4CxwUxuwMSCas2rxhj-Z-FdQUQj4bp62sa0d66p4RHEHxjT02TzDvGcFaDj3t1RgSbot2oN2TmTcbPnvvykaZpUVS1AH0OvZywPlWo0quOA/s320/Bhinneka+Ceria.jpg)
“emang (panggilan waktu
saya kecil) tau ga syarat sebuah bangsa bisa jadi gedek?” kata nenek saya.
“gatau nek” kata saya.
“syarat sebuah bangsa dapat menjadi gedek tidak lain dan
tidak bukan mempunyai ideologi yang dapat mempersatukan rakyatnya.” Kata nenek
saya.
Waktu kecil saya sudah akrab dengan kata-kata ideologi,
penjajahan, pancasila, dan lain-lain. Karena nenek saya selalu bercerita
tentang romantisme perjuangan dimasa lalu, saya adalah cucu kesayangan beliau. Beliau
adalah pengagum Mohammad Hatta, Beliau kagum karena Bung Hatta orang yang
tegas, cerdas, berjiwa visioner dan terakhir karena Bung Hatta orang padang
sama seperti beliau.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJLa9eRUagej9u4QqA76_qdhce_WhPkVhsew0_6R2DSBUGY3WjVBqvFPwadUaxrWJsCwSzhCVWKY4yu4zpvpndbl1Dxo41A-weVVzDTT47Bz_4NJ_xNNdbWN2nOkh2yTha0k3oSB3RIcg/s1600/garuda+pancasila.jpg)
Satu kalimat yang dapat saya gambarkan dengan kondisi
indonesia kontemporer adalah bangsa yang lupa akan sejarahnya. Terlebih lagi
kita adalah bangsa yang lupa akan budayanya sendiri. Bangsa yang mudah
terhagemoni dengan budaya bangsa lain. Bangsa yang melupakan jerih payah
perjuangan bapak-bapak kita dimasa lalu. Terakhirnya yang paling menyedihkan
dengan keadaan Indonesia kontemporer adalah bangsa yang tidak mempunyai
jatidiri, yaitu rakyatnya telah melupakan pancasila yang katanya sebagai filosphische grondslag.
Sekarang saya mencoba merefleksikan dan mengupas kembali
kesadaran dan keprihatinan bahwa krisis yang mendera kehidupan kebangsaan saat
ini dikarenakan pancasila sama sekali tidak dipahami, dihayati, dan
terinternalisasi didalam setiap individu rakyat Indonesia. Pancasila mempunyai
5 sila antara lain:
1.
Ketuhanan yang
Maha Esa
2.
Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab
3.
Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan
5.
Keadilan bagi
seluruh rakyat indonesia
Pada sila pertama diartikan bahwa setiap individu berhak
memeluk agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing, saling menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama sehingga terjadi kerukunan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan mengamalkan sila pertama artinya kita dapat
menghindari konflik antar agama, kita dapat hidup selaras walaupun berbeda
agama. Namun, sepertinya memang kita tidak menanamkan nilai tersebut. Waktu saya
kelas 2 SMP saya mempunyai teman yang berbeda agama dengan agama mayoritas
disekolah saya. Saya tahu dia berbeda agama dari teman sekelas saya. Ia adalah
orang pendiam, pemalu dan susah untuk bergaul. Belakangan saya tahu bahwa ia
seperti itu karena ia dikucilkan oleh teman-temannya karena ia mempunyai agama
yang berbeda. Akhirnya saya mencoba untuk berteman dengannya.
“nama lo siapa?” kata saya.
“pande” jawab dia.
“lo kok pendiem sih?” kata saya
“(dia gajawab)”
“makan yok, kita ngobrol aja dikantin” kata saya
“ayok” kata pande.
Mudah untuk saya akrab dengan orang lain karena saya adalah
orang yang supel, dari obrolan itu kami menjadi akrab. Memang sedari kecil saya
juga sudah diajarkan untuk toleransi kepada agama lain. Akhirnya saya berteman dengan
pande. Saya berfikir sekarang bahwa konflik di Ambon dan Poso adalah salah satu
bukti bahwa bangsa kita belum menanamkan nilai-nilai sila pertama disetiap
individu Indonesia. Sangat aneh mendengar konflik antar agama di Negara
Pancasila. Apabila nilai-nilai sila pertama telah terinternalisasi pada rakyat
indonesia. Maka percayalah bahwa kita tidak akan mendengan berita tentang
konflik antar agama.
Dilanjutkan dengan sila kedua memiliki arti bahwa sebagai
warga negara Indonesia kita harus memiliki sikap saling mencintai sesama manusia,
mengakui persamaan derajat (kesetaraan), membangun sikap tenggang rasa. Sila ini,
apabila digali, merupakan gagasan yang mengandung begitu banyak nilai manusiawi
yang bisa dijadikan pegangan dalam mengatasi permasalahan Bangsa Indonesia. Jika
kita benar-benar telah mengamalkan sila ini maka kasus-kasus pelanggaran HAM di
Indonesia dapat di minimalisir. Tidak akan terjadi kasus terbunuhnya Marsinah,
Kasus penculikan wartawan Udin, kasus penculikan para aktivis tahun 1998, dan
berbagai kasus pelanggaran HAM lainnya.
Kemudian disila ketiga memiliki arti bahwa sebagai warga
negara Indonesia harus mejaga kesatuan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia), cinta akan tanah air, tidak
menimbulkan gerakan separatisme, memajukan kehidupan sosial demi persatuan NKRI
yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Papua
merdeka, GAM (Gerakan Aceh Merdeka), menjual pulau kepada negara lain adalah
suatu masalah yang seharusnya dapat diatasi bila nilai-nilai sila ketiga telah
terinternalisasi didalam setiap individu rakyat indonesia. Sangat prihatin bila
kita melihat kondisi Indonesia kontemporer .
Sila ke-empat adalah salah satu sila yang benar-benar harus
di adopsi oleh anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Saya tidak habis pikir
apa yang terjadi bila perwakilan rakyat kita tidak mempunyai jiwa sila
ke-empat. Semangat kekeluargaan, negara yang berkedaulatan rakyat itu
mengandung cita-cita kerakyatan dan permusyawaratan. Makna terbesar dari sila ke-empat adalah
mengutamakan kepentingan negara (bersama) diatas kepentingan pribadi ataupun
golongan melalui “musyawarah-mufakat”. Coba lihat kekacauan yang terjadi akibat
perwakilan rakyat hanya mementingkan pribadi atau golongannya. Kekuasaan
menjadi wakil rakyat bukan untuk kepentingan rakyat, namun untuk kepentingan
pribadi ataupun golongan, jadi tidak jarang seseorang yang berada ditampuk
kekuasaan melakukan tindak korupsi.
Sila terakhir yaitu sila kelima adalah perwujudan dari sila
satu sampai dengan empat. Ketika sila pertama sampai dengan ke-empat berhasil
dijalankan dengan baik maka datanglah keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sila tarakhir ini adalah sila yang satu-satunya dilukiskan dalam UUD
1945 yaitu “mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Dengan
mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diharapkan
bangsa indonesia akan mendapatkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Itulah cakupan singkat yang bisa saya jelaskan. Betapa pentingnya
pancasila sebagai filosphische grondslag.
Bapak pendiri bangsa kita telah menyumbangkan suatu hal yang sangat berharga
untuk bangsa Indonesia. sebuah kristalisasi agar kelak bangsa kita menjadi
bangsa yang maju. Sebuah pedoman untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
melanda Ibu Pertiwi. Sebuah perwujudan negara kesejahteraan. Sebuah perwujudan agar
kita kuat sebagai satu bangsa dan utuh dalam persatuan dan kesatuan. Namun,
yang sekarang kita lakukan adalah melupakannya, bahkan sampai menghujatnya. Lambang
garuda pancasila hanya menjadi pajangan di dinding-dinding sekolah. Pancasila hanya
menjadi hafalan untuk lulus dalam suatu pelajaran. Maka dari itu semua, ketika
para pendiri kita masih berada disini, mungkin mereka akan menangis melihat keadaan Indonesia dewasa ini.
Mungkin inilah yang ditakutkan para pendiri bangsa kita dan
nenek saya ketika kita mulai kehilangan
jati diri dan melupakan sejarah kita. Mari sekarang kita pekikkan kembali
semangat pancasila, kita amalkan nilai-nilai pancasila, restorasi nilai-nilai
luhur pancasila, rekonsiliasi pancasila sebagai Penguat Identitas Bangsa dalam Komunitas Global
dan Multikultural sebelum
generasi masa depan mendadak Alzheimer
dengan filosphische grondslag hasil
jerih payah para pendiri bangsa.
Halo bapak-bapak pendiri bangsa yang kami cintai, sebelumnya
kami ingin meminta maaf karena membuat anda kecewa,
kami ingin meminta maaf karena kami telah membuat anda
menangis,
kami ingin meminta maaf karena membuat anda merasakan telah
melakukan hal yang sia-sia,
kami telah melupakan anda dan apa yang anda lakukan untuk
kami,
walaupun kita belum pernah bertemu,
walaupun kita belum pernah bersua,
kami yakin bahwa anda sangat mencintai kami,
kami sadar bahwa anda sangat mencintai kami, karena anda rela
mengorbankan nyawa anda untuk kami,
Anda rela berkorban untuk kehidupan kami yang lebih baik
dimasa depan,
Sangat beruntung ketika kami tidak bisa melihat anda, karena
ketika anda melihat kami sekarang, kami
tidak tahu betapa banyak air mata yang akan keluar dari mata suci anda,
Banyak anak cucu anda yang sekarang telah menyimpang dari apa
yang anda cita-citakan,
Namun, percayalah bahwa masih ada anak cucu anda yang
menginginkan perubahan di bumi Ibu Pertiwi menjadi lebih baik seperti yang anda
cita-citakan,
0 comments:
Posting Komentar