Membaca adalah sebuah aktivitas
merekam jejak yang terdapat didalam sebuah tulisan untuk dapat terinfiltrasi
kedalam otak. Saya adalah seseorang yang sangat rajin membaca, kalau terlalu
sombong untuk bilang sangat rajin jadi lumayan rajin saja. membaca apapun pasti
saya lahap. Mulai dari membaca teori manapun yang ada dibuku, filsafat, komik, koran,
majalah, internet, pamflet sampai dengan harian yang ada di solat jumatpun saya
baca. Sehingga berdampak pada pengetahuan yang ada di otak saya. Bila anda
bertanya apapun kepada saya mudah-mudah saya bisa menjawabnya dengan
pengetahuan yang saya dapat dari membaca.
Hal tersebut membuat dalam
mengerjakan sebuah ujian tertulis saya selalu mencantumkan nama dari seorang
ahli. Misalnya ada pertanyaan “apa unsur-unsur manajemen?”, kemudian saya
menjawab POSDCoRB (Luther gullick).
Saya sering kagum kepada seseorang
yang mempunyai wawasan yang luas, karena seseorang yang mempunyai wawasan yang
luas enak diajak ngobrol dan pastinya nyambung kalau diajak ngobrol. Tidak jarang
saya mengutip kata-kata orang yang berdiskusi dengan saya karena wawasannya. Pada
suatu hari, ketika saya sedang berkuliah, saya di ajar oleh dosen yang sudah
ter-stereotip dikalangan mahasiswa sebagai dosen yang cerdas, pengetahuan luas,
dan mempunyai pemikiran yang oke punya. Sehingga saya hormat kepadanya. Beliau
pada saat itu mengajarkan tentang eksistensi manusia dan mengutip Descartes “Aku
hidup maka aku ada”.
Saya sedikit bingung. Setau saya
kata Descartes itu bilangnya “Aku berfikir maka aku ada”. Oleh sebab itu saya
bertanya dan menanggapi pernyataan itu dosen. Namun ketika saya kritik beliau malah
bilang coba lebih banyak membaca ya nak. (Buseeeetttt! Gue udah sering banget
baca pak *dalem hati). Kemudian karena beliau sudah ter-stereotipkan sebagai
dosen yang cerdas, pengetahuan luas dan pemikiran oke punya akhirnya sayapun
percaya kepada beliau dengan argumentasinya. Mungkin memang saya yang salah dan
saya memutuskan mempercayai beliau.
Saya mengikuti sebuah organisasi
dan organisasi yang saya ikuti aktif berdiskusi. Setiap minggu pasti ada
diskusi entah itu formal atau informal. Pada suatu ketika dalam sebuah diskusi
tentang filsafat manusia, saya mengutip dengan kerennya kata-kata descartes “aku
hidup maka aku ada”. Kemudian ada adek kelas saya yang bilang.
“salah tuh bang kutipannya
bukannya yang bener aku berfikir maka aku ada, rajin baca dong bang. Gimana sih”
kata junior gue
JLEEEEBBBB! BANGEEETTT GUE, di
gituin sama junior rasanya jatoh banget harga diri.
“hah? Bener kok kutipan gue (saya
ikutin kata dosen yang terkenal akan kepintarannya)” kata saya dengan percaya
diri.
“yaudah coba search di mbah google
deh bang” kata junior.
“oke”
Akhirnya saya searching di google,
dan ternyata hasil yang keluar kata descartes itu “aku berfikir maka aku ada”. Dengan
keluarnya searchingan google alhamdulilah saya nambah malu karena saya yang
salah dan junior yang bener. Tapi tidak apa-apa karena berawal dari kesalahan
saya menemukan kebenaran.
Namun, hal yang saya sesalkan
yaitu saya tidak mencoba mencari kebenarannya langsung. Saya langsung dan
memang terlalu percaya kepada seseorang yang sudah terstereotipkan dengan
pengetahuannya yang luas, orangnya yang cerdas dan pemikirannya yang oke punya.
Coba kalo waktu itu saya langsung search di google dan nemuin yang benernya. Pasti
saya ga akan malu waktu diskusi dan jadi orang yang keren.
0 comments:
Posting Komentar