Subscribe:

Ads 468x60px

Beranda

Jumat, 16 Desember 2011

Sayembara untuk Perjuangan Seorang Kawan Kita (Sondang Hutagalung)


Selamat malam temen-temen, ini adalah renungan dan sebuah refleksi dari mata hati saya, walaupun saya tahu bahwa hati tidak mempunyai mata, begitupun sebaliknya mata tidak mempunyai hati. Sebuah tragedi besar telah terjadi di Negeri Tercinta ini, ya sebuah negara yang sampai sekarang masih saya cintai, sebuah negara yang terdapat kenangan-kenangan yang bila saya ingat sangat indah dari sejarahnya Bung Karno, Bung Hatta, Sjahrir dan Tan Malaka. Akhirnya saya sedikit terpangaruh dengan pemikiran bahwa negara adalah sebuah alat penindas baru untuk manusia khususnya warga negaranya lebih khususnya lagi di Indonesia, apakah negara masih dibutuhkan hari ini? yang mana dewasa ini negara terus menindas dengan aturan-aturan serta kebijakan-kebijakan yang mengikat rakyatnya agar mematuhi dan melakukan yang seharusnya di inginkan oleh negara. Apa keuntungan kita menjadi warga negara. Sekarang jangan bertanya apa yang anda berikan kepada negara, tapi tanyalah apa yang negara rampas, ambil dan rebut dari anda saudara sekalian.

Sebuah tragedi yang menggemparkan telah terjadi pada tanggal 7 Desember 2011 di Istana Negara. Dimana seseorang yang mulia membakar dirinya di tempat tersebut. Sebuah gerakan yang dapat dkatakan sangat berani, sebuah gerakan yang bahkan saya pun tidak berani melakukannya, sebuah gerakan yang mungkin anda semua tidak berani untuk melakukannya, saya menyebutnya sebuah gerakan bukan sebuah tindakan karena apa yang dilakukan orang itu adalah sebuah awal yang mungkin akan membuat negara ini berubah, walaupun tidak berubah, setidaknya gerakan orang itu dapat mempengaruhi beberapa orang untuk berjuang setelahnya, karena orang itu telah tiada sekarang. Orang itu bernama Sondang Hutagalung.
Banyak orang didalam benaknya berkata bahwa apa yang dilakukan oleh Sondang adalah tindakan bunuh diri. Dimana ketika didepan istana Sondang dengan sengaja menuangkan minyak tanah kepada tubuhnya dilanjutkan dengan sulutan api yang membuat badannya terbakar. Mungkin bila saya bertanya kepada teman-teman, apa yang dilakukan oleh sondang adalah 100% bunuh diri. Namun, tidak begitu dengan saya. Mari kita lihat, mari kita dengar, mari kita rasakan. Buka mata teman-teman, lihatlah apa yang telah terjadi pada negara ini. Sondang terbunuh oleh negara ini, sebuah negara yang mempunyai sistem penindasan, sebuah negara dimana rantai kebencian terus mengalir, negara dimana keadilan sudah menjadi barang langka, negara dimana kebohongan telah menjadi kebenaran, negara dimana kemanusiaan hanya milik kaum elit, negara dimana hukum sangat tajam di bawah dan sangat tumpul di atas. Ya Sondang tidak bunuh diri, Sondang telah di bunuh oleh negara ini, Sondang di bunuh oleh negara yang tidak adil ini. yang pada akhirnya ia memutuskan untuk membakar diri. Aksi bakar Sondang didepan istana adalah sebagai bahasa perlawanan kepada pemerintah.
Akhir kata saya ingin mengucapkan salam kemakmuran untuk kita semua, kenapa saya bilang kemakmuran, karena walaupun kemakmuran tidak datang-datang menghampiri negara tercinta ini, namun yang saya percaya bahwa pada akhirnya kita semua akan mengalami fase kemakmuran negara. Berharap kehidupan setelah ini dapat menjadi lebih baik. sebenarnya saya juga ingin menceritakan tentang tragedi Mesuji di Lampung, namun, besok-besok saja saya ungkapkan melalui tulisan. Saya tidak akan henti-hentinya mengajak teman-teman untuk mewujudkan dunia yang hendak kita wujudkan.
Hai sondang apakah yang engkau lihat sedemikian parahnya? 
Masihkah ada harapan dunia ini menjadi makmur? 
Sesungguhnya saya ingin bertanya kepada anda, apakah yang anda rasakan dinegara ini? 
apa yang anda lihat tentang dunia ini, 
apakah begitu banyak kepedihan sehingga engkau melakukan semua itu, 
apakah begitu banyak kesakitan yang engkau rasakan, yang pada akhirnya engkau melakukan itu, 
apakah begitu banyak ketidakadilan didunia ini, 
saya juga tidak bisa mengaku merasakan apa yang engkau rasakan, 
saya tidak dapat berkata bahwa saya juga merasakan kepedihan yang engkau rasakan, 
saya juga tidak dapat berkata bahwa saya merasakan kesakitan yang engkau rasakan wahai kawan, 
namun, saya bisa berkata masih ada secercah harapan untuk dunia ini dari aksi yang engkau lakukan wahai kawanku. 
Dan terakhir yang menjadi pertanyaan saya kepada engkau kawanku, apakah dunia yang engkau tempati sekarang ini lebih baik daripada dunia yang engkau tempati sebelumnya?

1 comments:

Denny Pwt mengatakan...

aksi sondang patut dipuji jika dilihat dari sudut pandang niat tulusnya untuk mengorbankan diri demi sebuah perlawanan melawan kezaliman dan ketidak adilan pemerintah negeri ini, yang sangat disayangkan adalah semangat dan niat tulus sdr Sondang tidak dilandasi sebuah ideologi yg tepat sehingga langkah yg diambil kurang produktif karena tidak memiliki RUH didalamnya, cobalah kita lihat sejarah.....misalnya perjuangan Husain cucu Nabi SAW yg terkesan spt bunuh diri, tetapi apa yg terjadi setelah terbantainya Husain dan para pengikutnya di padang Karbala? justru pengorbanan Husain menyadarkan & membangkitkan umat2 yg tertindas untuk melawan rezim penindas.

Posting Komentar