Subscribe:

Ads 468x60px

Beranda

Selasa, 01 Oktober 2013

Generasi “Azheimer”: Generasi yang Mulai Melupakan Petani Menjadi Cita-cita

Oleh: Norman Abdillah

Apa yang ada di benak kawan-kawan setelah membaca judul tulisan di atas? Mungkin akan datang beragam respon terhadap judul opini di atas. Mulai dari yang super apatis sampai dengan yang bergelora membahas judul di atas. Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat hari tani yang jatuh pada tanggal 24 september serta mengungkapkan rasa terima kasih kepada petani karena sampai detik ini, hingga hari ini dan hari-hari mendatang mereka tetap bekerja untuk menyediakan pangan bagi seluruh rakyat bangsa ini.
Petani sebagai inspirator Kemerdekaan dan Kemanusiaan
Semua orang sepakat bahwa tanah Indonesia adalah tanah yang subur, sampai-sampai ada semboyan jika kita melempar tongkat, kayu dan batu bisa tumbuh menjadi tanaman. Dengan potensi tersebut sudah menjadi khalayak bahwa banyak masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Imperialisme mencoba untuk merampas harta tersebut. Dimana pada saat penjajahan terhadap bangsa Indonesia tidak ada aktivitas kemanusiaan yang dilakukan para kolonial, yang ada hanyalah perilaku dehumanisasi terhadap kaum tani.

Senin, 27 Mei 2013

Pengalaman Memalukan Akibat Tidak Mencari Kebenaran


Membaca adalah sebuah aktivitas merekam jejak yang terdapat didalam sebuah tulisan untuk dapat terinfiltrasi kedalam otak. Saya adalah seseorang yang sangat rajin membaca, kalau terlalu sombong untuk bilang sangat rajin jadi lumayan rajin saja. membaca apapun pasti saya lahap. Mulai dari membaca teori manapun yang ada dibuku, filsafat, komik, koran, majalah, internet, pamflet sampai dengan harian yang ada di solat jumatpun saya baca. Sehingga berdampak pada pengetahuan yang ada di otak saya. Bila anda bertanya apapun kepada saya mudah-mudah saya bisa menjawabnya dengan pengetahuan yang saya dapat dari membaca.
Hal tersebut membuat dalam mengerjakan sebuah ujian tertulis saya selalu mencantumkan nama dari seorang ahli. Misalnya ada pertanyaan “apa unsur-unsur manajemen?”, kemudian saya menjawab POSDCoRB (Luther gullick).
Saya sering kagum kepada seseorang yang mempunyai wawasan yang luas, karena seseorang yang mempunyai wawasan yang luas enak diajak ngobrol dan pastinya nyambung kalau diajak ngobrol. Tidak jarang saya mengutip kata-kata orang yang berdiskusi dengan saya karena wawasannya. Pada suatu hari, ketika saya sedang berkuliah, saya di ajar oleh dosen yang sudah ter-stereotip dikalangan mahasiswa sebagai dosen yang cerdas, pengetahuan luas, dan mempunyai pemikiran yang oke punya. Sehingga saya hormat kepadanya. Beliau pada saat itu mengajarkan tentang eksistensi manusia dan mengutip Descartes “Aku hidup maka aku ada”.

Rabu, 13 Maret 2013

Pancasila sebagai filosophische grondslag bagi Bangsa Indonesia

Warning: Tulisan ini saya persembahkan kepada bapak-bapak pendiri bangsa Indonesia dan nenek saya


Gagasan pancasila sudah tercetuskan pada zaman koloni belanda berada di tanah Indonesia. Namun hari lahir pancasila dikukuhkan pada tanggal 1 Juni 1945 seiring dengan Presiden RI pertama Soekarno yang mempunyai nama panjang  Koesno Sosrodihardjo menyampaikan pidato bersejarahnya pada tanggal 1 juni 1945. Kebetulan pada tanggal itu saya tidak bisa hadir melihat pidato yang dibawakan bung karno karena saya memang belum lahir pada saat itu. Saya lahir tanggal 13 Juni 1991 yang menyebabkan saya tidak bisa menyaksikan pidato Bung Karno yang mempunyai kharisma luarbiasa dan berjiwa solidarity maker. Bung Karno menyampaikan pidato tersebut untuk menjawab tantangan Dr. Radjiman Wediodiningrat tentang perlunya filosphische grondslag (Ideologi) untuk Negara Indonesia yang merdeka. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan nenek saya waktu saya masih kecil.

“emang  (panggilan waktu saya kecil) tau ga syarat sebuah bangsa bisa jadi gedek?” kata nenek saya.

“gatau nek” kata saya.

“syarat sebuah bangsa dapat menjadi gedek tidak lain dan tidak bukan mempunyai ideologi yang dapat mempersatukan rakyatnya.” Kata nenek saya.

“oh gitu nek.” Kata saya.