Subscribe:

Ads 468x60px

Beranda

Rabu, 13 Maret 2013

Pancasila sebagai filosophische grondslag bagi Bangsa Indonesia

Warning: Tulisan ini saya persembahkan kepada bapak-bapak pendiri bangsa Indonesia dan nenek saya


Gagasan pancasila sudah tercetuskan pada zaman koloni belanda berada di tanah Indonesia. Namun hari lahir pancasila dikukuhkan pada tanggal 1 Juni 1945 seiring dengan Presiden RI pertama Soekarno yang mempunyai nama panjang  Koesno Sosrodihardjo menyampaikan pidato bersejarahnya pada tanggal 1 juni 1945. Kebetulan pada tanggal itu saya tidak bisa hadir melihat pidato yang dibawakan bung karno karena saya memang belum lahir pada saat itu. Saya lahir tanggal 13 Juni 1991 yang menyebabkan saya tidak bisa menyaksikan pidato Bung Karno yang mempunyai kharisma luarbiasa dan berjiwa solidarity maker. Bung Karno menyampaikan pidato tersebut untuk menjawab tantangan Dr. Radjiman Wediodiningrat tentang perlunya filosphische grondslag (Ideologi) untuk Negara Indonesia yang merdeka. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan nenek saya waktu saya masih kecil.

“emang  (panggilan waktu saya kecil) tau ga syarat sebuah bangsa bisa jadi gedek?” kata nenek saya.

“gatau nek” kata saya.

“syarat sebuah bangsa dapat menjadi gedek tidak lain dan tidak bukan mempunyai ideologi yang dapat mempersatukan rakyatnya.” Kata nenek saya.

“oh gitu nek.” Kata saya.

Waktu kecil saya sudah akrab dengan kata-kata ideologi, penjajahan, pancasila, dan lain-lain. Karena nenek saya selalu bercerita tentang romantisme perjuangan dimasa lalu, saya adalah cucu kesayangan beliau. Beliau adalah pengagum Mohammad Hatta, Beliau kagum karena Bung Hatta orang yang tegas, cerdas, berjiwa visioner dan terakhir karena Bung Hatta orang padang sama seperti beliau.
Menurut beliau pancasila adalah berlian yang muncul untuk indonesia, berlian yang bersinar untuk mempersatukan bangsa kita, berlian yang menyelaraskan ras, agama dan etnis di Indonesia, dan terakhir berlian yang  memperkuat rasa ke-kita-an bukan rasa ke-kami-an. Permasalahan  keanekaragaman bangsa indonesia dapat diatasi bila nilai-nilai luhur dan nilai-nilai yang terkandung dalam  pancasila telah dipahami, dihayati, diamalkan dan terinternalisasi dalam setiap individu rakyat indonesia. Beliau sangat yakin pancasila adalah anugrah terbesar untuk Bangsa Indonesia . Beliau yakin bahwa bapak-bapak pendiri bangsa menyumbang gagasan pancasila untuk kehidupan rakyat indonesia yang lebih baik dimasa depan. Beliau bilang ketika dimasa depan bangsa kita terpuruk mungkin karena anak muda dizamannya telah melupakan ideologi-nya. Artinya bapak pendiri bangsa kita sangat takut ketika ideologi pancasila dilupakan dimasa yang akan datang. Dipenghujung wajengan-nya beliau mengutip kata Bung Karno Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Namun, apa yang terjadi dewasa ini?
Satu kalimat yang dapat saya gambarkan dengan kondisi indonesia kontemporer adalah bangsa yang lupa akan sejarahnya. Terlebih lagi kita adalah bangsa yang lupa akan budayanya sendiri. Bangsa yang mudah terhagemoni dengan budaya bangsa lain. Bangsa yang melupakan jerih payah perjuangan bapak-bapak kita dimasa lalu. Terakhirnya yang paling menyedihkan dengan keadaan Indonesia kontemporer adalah bangsa yang tidak mempunyai jatidiri, yaitu rakyatnya telah melupakan pancasila yang katanya sebagai filosphische grondslag.
Sekarang saya mencoba merefleksikan dan mengupas kembali kesadaran dan keprihatinan bahwa krisis yang mendera kehidupan kebangsaan saat ini dikarenakan pancasila sama sekali tidak dipahami, dihayati, dan terinternalisasi didalam setiap individu rakyat Indonesia. Pancasila mempunyai 5 sila antara lain:
1.       Ketuhanan yang Maha Esa
2.       Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3.       Persatuan Indonesia
4.       Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan
5.       Keadilan bagi seluruh rakyat indonesia
Pada sila pertama diartikan bahwa setiap individu berhak memeluk agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing, saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama sehingga terjadi kerukunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan mengamalkan sila pertama artinya kita dapat menghindari konflik antar agama, kita dapat hidup selaras walaupun berbeda agama. Namun, sepertinya memang kita tidak menanamkan nilai tersebut. Waktu saya kelas 2 SMP saya mempunyai teman yang berbeda agama dengan agama mayoritas disekolah saya. Saya tahu dia berbeda agama dari teman sekelas saya. Ia adalah orang pendiam, pemalu dan susah untuk bergaul. Belakangan saya tahu bahwa ia seperti itu karena ia dikucilkan oleh teman-temannya karena ia mempunyai agama yang berbeda. Akhirnya saya mencoba untuk berteman dengannya.

“nama lo siapa?” kata saya.

“pande” jawab dia.

“lo kok pendiem sih?” kata saya

“(dia gajawab)”

“makan yok, kita ngobrol aja dikantin” kata saya

“ayok” kata pande.

Mudah untuk saya akrab dengan orang lain karena saya adalah orang yang supel, dari obrolan itu kami menjadi akrab. Memang sedari kecil saya juga sudah diajarkan untuk toleransi kepada agama lain. Akhirnya saya berteman dengan pande. Saya berfikir sekarang bahwa konflik di Ambon dan Poso adalah salah satu bukti bahwa bangsa kita belum menanamkan nilai-nilai sila pertama disetiap individu Indonesia. Sangat aneh mendengar konflik antar agama di Negara Pancasila. Apabila nilai-nilai sila pertama telah terinternalisasi pada rakyat indonesia. Maka percayalah bahwa kita tidak akan mendengan berita tentang konflik antar agama.
Dilanjutkan dengan sila kedua memiliki arti bahwa sebagai warga negara Indonesia kita harus memiliki sikap saling mencintai sesama manusia, mengakui persamaan derajat (kesetaraan), membangun sikap tenggang rasa. Sila ini, apabila digali, merupakan gagasan yang mengandung begitu banyak nilai manusiawi yang bisa dijadikan pegangan dalam mengatasi permasalahan Bangsa Indonesia. Jika kita benar-benar telah mengamalkan sila ini maka kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia dapat di minimalisir. Tidak akan terjadi kasus terbunuhnya Marsinah, Kasus penculikan wartawan Udin, kasus penculikan para aktivis tahun 1998, dan berbagai kasus pelanggaran HAM lainnya.
Kemudian disila ketiga memiliki arti bahwa sebagai warga negara Indonesia harus mejaga kesatuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia),  cinta akan tanah air, tidak menimbulkan gerakan separatisme, memajukan kehidupan sosial demi persatuan NKRI yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.  Papua merdeka, GAM (Gerakan Aceh Merdeka), menjual pulau kepada negara lain adalah suatu masalah yang seharusnya dapat diatasi bila nilai-nilai sila ketiga telah terinternalisasi didalam setiap individu rakyat indonesia. Sangat prihatin bila kita melihat kondisi Indonesia kontemporer .
Sila ke-empat adalah salah satu sila yang benar-benar harus di adopsi oleh anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Saya tidak habis pikir apa yang terjadi bila perwakilan rakyat kita tidak mempunyai jiwa sila ke-empat. Semangat kekeluargaan, negara yang berkedaulatan rakyat itu mengandung cita-cita kerakyatan dan permusyawaratan.  Makna terbesar dari sila ke-empat adalah mengutamakan kepentingan negara (bersama) diatas kepentingan pribadi ataupun golongan melalui “musyawarah-mufakat”. Coba lihat kekacauan yang terjadi akibat perwakilan rakyat hanya mementingkan pribadi atau golongannya. Kekuasaan menjadi wakil rakyat bukan untuk kepentingan rakyat, namun untuk kepentingan pribadi ataupun golongan, jadi tidak jarang seseorang yang berada ditampuk kekuasaan melakukan tindak korupsi.
Sila terakhir yaitu sila kelima adalah perwujudan dari sila satu sampai dengan empat. Ketika sila pertama sampai dengan ke-empat berhasil dijalankan dengan baik maka datanglah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila tarakhir ini adalah sila yang satu-satunya dilukiskan dalam UUD 1945 yaitu “mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Dengan mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diharapkan bangsa indonesia akan mendapatkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Itulah cakupan singkat yang bisa saya jelaskan. Betapa pentingnya pancasila sebagai filosphische grondslag. Bapak pendiri bangsa kita telah menyumbangkan suatu hal yang sangat berharga untuk bangsa Indonesia. sebuah kristalisasi agar kelak bangsa kita menjadi bangsa yang maju. Sebuah pedoman untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melanda Ibu Pertiwi. Sebuah perwujudan negara kesejahteraan. Sebuah perwujudan agar kita kuat sebagai satu bangsa dan utuh dalam persatuan dan kesatuan. Namun, yang sekarang kita lakukan adalah melupakannya, bahkan sampai menghujatnya. Lambang garuda pancasila hanya menjadi pajangan di dinding-dinding sekolah. Pancasila hanya menjadi hafalan untuk lulus dalam suatu pelajaran. Maka dari itu semua, ketika para pendiri kita masih berada disini, mungkin mereka akan menangis melihat keadaan Indonesia dewasa ini.
Mungkin inilah yang ditakutkan para pendiri bangsa kita dan nenek saya ketika kita mulai kehilangan jati diri dan melupakan sejarah kita. Mari sekarang kita pekikkan kembali semangat pancasila, kita amalkan nilai-nilai pancasila, restorasi nilai-nilai luhur pancasila, rekonsiliasi pancasila sebagai Penguat Identitas Bangsa dalam Komunitas Global dan Multikultural sebelum generasi masa depan mendadak Alzheimer dengan filosphische grondslag hasil jerih payah para pendiri bangsa.

Halo bapak-bapak pendiri bangsa yang kami cintai, sebelumnya kami ingin meminta maaf karena membuat anda kecewa,

kami ingin meminta maaf karena kami telah membuat anda menangis,

kami ingin meminta maaf karena membuat anda merasakan telah melakukan hal yang sia-sia,

kami telah melupakan anda dan apa yang anda lakukan untuk kami,

walaupun kita belum pernah bertemu,

walaupun kita belum pernah bersua,

kami yakin bahwa anda sangat mencintai kami,

kami sadar bahwa anda sangat mencintai kami, karena anda rela mengorbankan nyawa anda untuk kami,
Anda rela berkorban untuk kehidupan kami yang lebih baik dimasa depan,

Sangat beruntung ketika kami tidak bisa melihat anda, karena ketika anda melihat kami sekarang,  kami tidak tahu betapa banyak air mata yang akan keluar dari mata suci anda,

Banyak anak cucu anda yang sekarang telah menyimpang dari apa yang anda cita-citakan,

Namun, percayalah bahwa masih ada anak cucu anda yang menginginkan perubahan di bumi Ibu Pertiwi menjadi lebih baik seperti yang anda cita-citakan,

Terimakasih untuk segalanya, percayalah bahwa perjuangan anda belum berakhir di Bumi Ibu Pertiwi ini

0 comments:

Posting Komentar