Subscribe:

Ads 468x60px

Beranda

Jumat, 22 April 2011

Bali’s People


Angka jarum jam menunjukkan ke arah 12, jarum pendek dan panjangnya tepat ke arah 12, jadi pukul 12.00 . seperti elo tau, pukul yang dimaksud itu bukan bener-bener dipukul, tapi itu gue juga engga tau apalah. Pokoknya yang gue tau elo itu tau. Itu adalah bangun pagi gue, walaupun orang banyak bilang itu udah siang, tapi itulah bangun pagi gue, bangun pagi gue itu pukul sekitar 19.00-12.00 , kecuali misalkan gue ada kuliah jam 7 pagi, gue selalu nitip sama kakak gue yang namanya Agmal Qodri untuk membangunkan gue dari alam bawah sadar gue, yang dimana kakak gue tinggal satu kost sama gue.


“wanjeng! Udah jam 12 aja” kata gue (belagak bahwa gue bangun kesiangan, padahal selalu begitu)

“emang, kalo elo bangun siang teruskan” kata kakak gue (yang udah tau gue selalu begitu)

“da, liat buku gue ga?” (asal lo tau, gue manggil da karena dalam bahasa padang uda itu berarti kakak)

“tuh gue taro di dalem lemari, abisnya lo naro asal-asalan sih”

“kan gue sengaja naro disebelah gue, supaya pas bangun pagi gue langsung bisa meraih buku gue buat gue baca lanjut”

“alah banyak alesan, kalo berantakan mah, berantakan aja” (jadi kakak gue nganggep kalo gue jadi orang engga bisa rapih, selalu berantakan)

“lah emang begitu, supaya gue bisa langsung baca”

“bodo amat”

Gue juga tau kalo kakak gue itu orang yang bersih dan rapi, beda banget sama gue yang selalu berantakan. tapi itulah gunanya makhluk hidup untuk saling melengkapi dan saling tolong menolong, misalkan gue selalu ngeberantakin ada kakak gue yang beresin, WUHAHAHAH! misalkan kakak gue engga punya duit ada gue yang selalu ngasih duit tambahan, karena gue bisa bilang kakak gue adalah orang yang boros dan gue engga boros (INI KISAH NYATA). Gue kalo abis bangun engga kayak nyanyian anak-anak, yang ‘bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, abis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku.’ Lagian gue kalo bangun pengen baca buku dulu, dan misalkan yang merapihkan tempat tidur ada kakak gue. Jadi tenang hahahaha.
Dan akhirnya gue ambil buku gue dari lemari untuk gue baca, waktu itu yang gue baca bukunya dari ICW (Indonesian Corruption Watch) tentang Buruknya Wajah Pendidikan Dasar. Dan setelah itu atau Terus gue dapet sms dari temen gue bahwasanya gue harus menghadiri rapat karena ada sebuah kegiatan yang beruntung gue selaku jadi ketua panitianya. Nama kegiatannya itu LK HMI, HMI itu singkatan dari Harapan Masyarakat Indonesia yang rapatnya itu jam 13.00, HMI itu nama organisasi gue untuk gue dapet mengeksplorasi kemampuan gue. Setelah gue menyelesaikan bacaan gue sekitar pukul 12.45, gue langsung berangkat ketempat sekre HMI untuk rapat.
Berapa lama kemudian setelah semuanya kumpul gue langsung membuka rapat selaku ketua panitianya, bukannya gue sombong untuk mencantumkan gue jadi ketua panitia dalam tulisan ini, tapi emang begitulah kenyataannya.

“Selamat siang, Asalamualaikum Wr. Wb., salam kemakmuran untuk kita semua” kata gue yang membuka rapat (sebenernya gue ngebukanya panjang, tapi gue males nulisnya)

“walaikumsalam” kata temen-temen gue.

“yak agar, lebih efisien waktu, kita langsung aja ke agenda kita yaitu, pembuatan surat menyurat, proposal, dan  sumber dana”

“yaudah pembuatan proposal biar gue aja, surat menyurat si edfan, dan sumber dana kita ambil dari senior-senior kita dan para alumni kita”

(walaiupun banyak perdebatan, tapi pada akhirnya hasilnyapun begitu)

“oke sip” kata temen-temen gue

Setelah pukul 15.00, rapatpun the end. Gue melanjutkan berbincang-bincang informal kepada teman-teman saya. Gue ngobrol tentang apakah manusia itu? gue ngambil dari Sigmund freud, J Lacan, JP Sartre, Thomas Hobbes, JJ Rouseou. Seteleh gue ngobrol-ngobrol, gue diajak temen gue ibel ke burjo aktivis. Burjo itu singkatan dari bubur kacang ijo.

“oi man, keburjo yuk” kata ibel temen gue

“ayok bel, gue juga pengen makan burjo di campur ketan item (ini makanan favorit gue di burjo)” kata gue

Ahirnya gue berangkat ke burjo, pas nyampe sana ternyata temen-temen gue yang biasa pada diskusi disana pada kosong, dan gue juga udah memperkirakan bahwa di burjo itu bakalan kosong, masalahnya gue kalo diskusi disitu selalu tengah malem, sedangkan waktu itu masih menunjukann pukul 15.30 yang terbilang masih sore. Yang ada distu, pertama, yang pasti penjual burjonya bernama asep dan orang dengan pakaian kumuh, berjalan pincang, muka berjerawat banyak dan kusam, seperti layaknya seorang pengemis.
Setelah gue masuk kedalam burjo yang kira-kira berukuran 2 kali 4 meter tersebut, lalu gue duduk di salah satu bangku memanjang yang berbeda dengan pria yang seperti pengemis itu, kemudia dia bertanya kepada temen gue ibel.

“Eh, kamu bisa bahasa inggris?” kata pria itu.

“engga bisa” kata ibel (langsung di jawab ibel)

Setau gue si ibel itu bisa bahasa inggris, namun gue yakin dia itu males ngomong sama tuh pengemis dan dengan kata engga mungkin bisa menutup perbincangan. Dan gue juga sih, males sih kalo di Tanya bisa bahasa inggris, karena gue engga terlalu bisa, tapi kalo di Tanya gue bisa bahasa apa, gue bakal jawab bahwasanya gue bisa bahasa kambing, baduy, aborigine, Mongolian dan gujarati, dan yang paling gue kuasain adalah bahasa penguin gurun sahara. Akhirnya dia nanya sama gue, tapi nanya langsung pake bahasa inggris.

“hallo, what’s your name?” kata dia. (gue berfikir palingan dia bisa bahasa itu doang)

“norman” kata gue

“your name is norman”

“yes”

“Where do you come from?” kata nih pria kumuh

“im come from Jakarta” kata gue

Gue balik nanya ke dia.

“where do you come from?”

“im from bali”

“what’s your name?”

“bli putu mahendra”

“that is a good name”

(ini yang gue certain yang sederhana aja, soalnya gue lupa udah ngomong apa aja pake bahasa inggris)

“you can speak English is well” kata gue

“no no no, I can speak English just little” kata nih pria

Setelah itu gue, ibel dan bli putu berbincang dengan bahasa inggris, sebenernya gue pengen bilang ke dia “your face like fuckin monkey” tapi gue mengurungkan niat untuk mengatakan kata itu, ada seseorang yang datang ketempat gue dan terheran-heran Karena gue ngomong pake bahasa inggris. Mungkin kalo gue berpostur orang luar negri, baru orang engga heran, tapi gue, ibel dan pria yang berpenampilan kumuh malah berbicang dengan bahasa inggris, maksud gue Cuma bli putu yang berpenampilan kumuh. Mungkin kalo elo ada pada saat itu, elo juga engga bakal menyangka kami berbincang dengan bahasa inggris, dan mungkin elo bisa-bisa langsung kena penyakit HIV aids karena kaget melihat kami, ternyata bli putu juga bisa berbahasa jepang, setelah gue tau dalam perbincangan itu.
Gue, ibel dan bli putu ngomong bahasa inggris yang males gue certain karena terlalu panjang, yang menurut gue langka banget, dia bilang ke gue, dia itu engga pernah sekolah, dia bilang “I Never School”. Tapi gue juga engga tau dia berbohong atau tidak, dan gue juga engga peduli dia berbohong atau tidak. Yang pasti hari tepat dimana gue bertemu dia, gue langsung sadar bahwa gue engga boleh meremehkan orang lain bahkan pengemispun. Kemudian gue langsung cabut untuk menyelesaikan perbincangan karena ya memang begitu, gue pengen menyelesaikan perbincangan. Terus gue salam pamit sama putu mahendra dan minta ibel anterin gue pulang.
Tolong  misalkan anda bertemu dengannya, bilang kepadanya dapat salam dari norman abdillah. Gue engga tau dia masih kenal atau tidak kepada gue, namun gue pengen bilang bahwa dia sangat menginspirasi gue.
SALAM KEMAKMURAN!

2 comments:

Nelva Amelia mengatakan...

Aceh's people gimana yaa?

Norman Abdillah mengatakan...

kalo aceh sepertinya biasa-biasa aja, palingan sering handstain

Posting Komentar